Sabtu, 22 Maret 2014

Penalaran Deduktif dan Induktif



Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa menjadi sangat penting untuk kegiatan berkomunikasi saat ini dan juga sekaligus sebagai alat berpikir. Hal ini bisa dipahami karena apa yang dikomunikasikan berupa buah pikiran, perasaan, dan sikap umumnya tidak lepas dari proses berpikir. Jelaslah bahwa dalam penggunaan bahasa tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan berpikir. Struktur bahasa yang dapat dimengerti, sejalan dengan jalan pikiran pendengar atau pembaca, mencerminkan jalan pikiran yang baik dari pembicara atau penulisnya. Sebaliknya, jika struktur bahasa yang digunakan kacau, mencerminkan jalan pikiran pembicara atau penulis yang kacau juga. Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Ini berarti kalimat-kalimat yang diucapkan harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat atau singkatnya harus sesuai dengan penalaran. Bahasa tidak bisa lepas dari penalaran maka dari itu disini akan dibahas tentang penalaran.

Penalaran adalah proses berpikir yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Menurut Gorys Keraf, penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghubungkan fakta – fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan yang logis. Penalaran tidak hanya dapat dilakukan dengan memakai fakta – fakta yang polos, tetapi penalaran juga dapat menggunakan fakta – fakta yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Fakta atau data yang akan dinalar boleh benar dan boleh tidak benar. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut Proposisi.
Proposisi berbentuk kalimat berita netral. Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya kaliamat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan atau proporsidapat disangkal atau ditolak bila mendapat fakta-fakta yang menentangnya. Kalimat-kalimat tanya, perintah, harapan, dan keinginan (desideratif) tidak pernah mengandung proposisi.

Penalaran memiliki dua metode yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif

Penalaran Deduktif
 
Adalah penalaran yang bertolak dari sebuah konklusi/kesimpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Dalam penalaran deduktif terdapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis sedangkan penarikan secara tidak langsung ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.
Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
1.     Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)

2.     Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)

3.     Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)

4.     Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)

Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu 

1.     Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial adalah Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Contoh :
My         : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn         : Badu adalah mahasiswa
K             : Badu lulusan SLTA

2.     Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh:
My         : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn         : Air tidak ada.
K             : Jadi, Manusia  akan kehausan.

3.     Silogisme Akternatif
Silogisme Alternatif adalah Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh :
My         : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn         : Nenek Sumi berada di Bandung.
K             : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.


4.      Entimen.
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh : Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.



Penalaran Induktif
Penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Induksi / induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi).

Bentuk-bentuk Penalaran Induktif
1.       Generalisasi adalah Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
 Contoh :
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

2.       Analogi adalah Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
3.       Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
a.       Sebab- akibat.
Contoh: Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b.      Akibat – Sebab.
Contoh: Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c.       Akibat – Akibat.
Contoh: Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

Sumber:
http://asdin-jembar-cianjur.blogspot.com/2009/01/deskripsi-dan-analisis-kesalahan.html
bahasaIndonesia/Sepitri